Bincangfinansial – Mencari uang itu kalau kita sudah terbiasa kita akan mudah. Yang penting jangan hanya berpikir jadi pekerja tapi berfikirlah menjadi pemilik. Matematikanya jangan 1+1=2, tapi 1+1=11, baru bisa jadi orang kaya atau orang hebat. Kalau 1+1=2 berarti kita cuman mimpi, sesuai yaitu jadi pekerja. Begitulah ungkapan dari seorang bos jalan tol di negri ini, yaitu bapak Jusuf Hamka. Mengutip dari salah ungkapan bos jalan yang sedang mengisi sebuah motivasi kepada anak-anak muda.
Berikut ini adalah cerita Jusuf Hamka tentang tips atau perinsip untuk menjadi orang sukses. Dimana kita harus mampu berpikir jadi pengusaha.
“Saya bilang luar biasa ternyata apa yang saya pikirkan bahwa duit ini kita mau habisin malah dikasih lagi. Dan memang saya minggu lalu baca tulisan mengenai Jack Ma, konglomerat di China. Jadi mencari uang itu lebih mudah daripada membuang uangnya. Dan saya pikir-pikir masuk diakal. Menghabiskan uang, bukan lemparin uang dari atas pesawat. Tapi menghabiskan uang, pasti kita berpikir azas manfaatnya. Tetapi mencari uang itu kalau kita sudah terbiasa kita akan mudah mendapatkannya. Mungkin saya bisa memberikan masukan kepada adik-adik, jangan hanya berpikir jadi pekerja tapi berfikirlah menjadi pemilik.
Matematikanya jangan 1+1=2, tapi 1+1=11, baru bisa jadi orang kaya atau orang hebat. Kalau 1+1=2 berarti kita cuman mimpi, sesuai yaitu jadi pekerja. Nah cuma jangan lupa bisa saja 1+1=-11, jadi saya ini selalu mengibaratkan dengan teman-teman saya. teman-teman saya banyak yang jadi dokter banyak yang jadi CEO hebat-hebat. Tapi sampai sekarang ini saya yang sekolahnya mungkin nggak selesai-selesai. Saya di fakultas sosial politik Jayabaya pernah, Trisakti fakultas kedokteran pernah, terus saya di British Columbia University pernah di Kanada. Lalu di Los Angeles ya pernah tapi sayang ngga selesai, tapi adik-adik nggak bisa ikutin saya. Karena zamannya beda, iyakan?
Saya mengibaratkan diri saya Metromini, tahu Metrominikan? tahu Bigbird nggak? Bigbird punya Blue bird. Jadi diibaratkan saya Metromini, teman-teman saya ini bigbird. Kita sama-sama berpacu dari taman mini mau ke Bogor. Saya bilang sama teman-teman saya, saya Metromini saya sampai duluan. Dia bilang Mana bisa? Bigbird dong mesin bagus mobil bagus pasti sampai duluan. Saya bilang, ohh pasti salah ngitungnya. Kalau bigbird karena mobilnya bagus, mau nyalip kalian lihat dulu kiri-kanan. Kalau saya nggak perlu lihat kiri-kanan sudah sampai di Bogor, saya baru lihat kiri kanan. Bemper saya ada lecet ngga? kalau ada yang lecet berarti ada yang kena, kalau ngga ada yang lecet saya udah sampai duluan. Saya tidak mimpi juga, saya akan jadi salah satu pemilik jalan tol swasta di Indonesia ini. Ya ini semua gerak Allah bukan kepintaran saya.”
Perinsip dalam mengajarkan sukses terhadap anaknya
“Saya baru membriefing anak-anak saya Putra saya ini Faisal masih bujangan nih umur 3. Dan saya bilang kalau memang nggak mau saya jual. Saya baru briefing dia Minggu lalu, sebelum saya ke Azerbaijan mendampingi Pak mensos. Saya kebenaran Alhamdulillah, saya diangkat staff khusus mensos jadi eselon satu. Jadi dapat bela negara, penghargaan piagam bela negara dan jadi staf khusus mensos.
Bahkan saya di panggil seseorang yang cukup kompeten, ditawarkan menjadi duta besar. Saya bilang maaf saya nggak kepengen jadi duta besar. Kenapa? saya bilang enggak mau saya. Saya nggak bisa pakai dasi, saya suka kecekek kalau pakai dasi. Dan saya punya baju juga enggak pernah bisa pakai baju rapi. Baju saya apa adanya dan saya pakai celana juga celana jin. Saya mau berinteraksi dengan saudara-saudara kita yang termarjinalkan.
Jadi berkahnya bukan dari materi saja, tetapi yang saya rasa dengan kita menyayangi orang lain kita menjadi diperhatikan oleh Allah. Dan juga diperhatikan mungkin oleh teman-teman pejabat-pejabat itu, dilirik, tetapi diperhatikan bukan disuruh berbuat yang tidak baik. Berbuat yang lebih baik. Nah makanya dia bilang, coba dipikirkan apa yang nanti bisa dilakukan, saya bilang terimakasih.
Jadi selain materi. Materi tidak buat saya bangga, tapi kehormatan, pembela orang kecil, penolong orang kecil itu, buat saya bangga. Jadi orang kaya bukan sesuatu yang membanggakan. Kalau kamu kaya kamu tidak bermanfaat buat orang lain, lebih baik mungkin enggak usah kaya. Lebih baik sederhana tapi bermanfaat untuk orang lain. Dan saya pesankan kepada anak saya, saya punya mimpi bikin 1000 mesjid yang Chinese look. Kalau saya dipanggil Tuhan, dia harus meneruskan, kalau dia nanti juga dipanggil Tuhan, anaknya juga harus meneruskan jadi sampai 1000. Insyaallah itu bisa terbangun karena apa? Saya tahu kok apa yang saya hasilkan, dan apa yang saya miliki hari ini mungkin lebih dari cukup untuk itu. Dan saya kepengen tabungan itu bukan di dunia tetapi tabungan itu di akhirat. Karena saya percaya bahwa kehidupan yang paling kekal bukan didunia, ini tetapi kehidupan kekal nanti kalau kita sudah meninggal.”
Jusuf Hamka bercerita tentang masa kecilnya
“Jadi mungkin Itulah sekilas tentang saya. Saya dipanggil oleh ibu bapak saya dulu si gembel. Jelas ibu bapak saya panggil saya gembel karena apa? temen saya adalah anak-anak kampung dan saya ciaka nggak pernah mau pakai sendal. Kalau ibu saya manggil saya tuh suka, si gembel mana? si gembel mana? Tapi saya enggak nggak masalah, tapi sekarang saya ini diantara keluarga ya boleh bilang cukup. Tuhan berikan lebih lebih dikit lah daripada saudara-saudara saya yang sekolahnya tinggi, titlenya banyak. Saya punya Ayah punya gelar empat, Saya punya kakak almarhum baru meninggal dua tahun lalu itu 12 gelar, gelar akademis.
Waktu orangtua saya meninggal itu ada yang lucu dipasang koran itu bergelar semua. Tahu-tahu saya ditelepon sama seorang tokoh Malari, Hariman Siregar pasti tau yah? Dia bilang, lu hebat! Kenapa? Hebat lebih hebat dari bapak ama kakak kakak lu. Mereka gelarnya kan banyak tuh. Ada yang empat ada yang 12, lu ngga usah kecil hati katanya, lah kenapa harus kecil hati? gua ngga pernah kecil hati saya bilang. Gelar Lu lebih hebat, kenapa? gelar lu dari Tuhan, gelar mereka dari akademis. Gelar lu Haji gitu… Keren juga dia menghibur saya.
Buat saya satu kehormatan jauh lebih penting lah, ya percuma kalau gelarnya Haji tetapi kelakuannya bukan Haji begitu kan. Jadi makanya sekali lagi saya bilang semua ini, adanya saya hari ini karena ditolong orang dan ditolong Allah. Semua gerak Allah, jadi kalau kita mau diperhatikan oleh Allah, jangan pernah didalam hati kita tidak pernah ada rasa kasihan atau sayang kepada atau peduli kepada orang lain, bahkan bukan hanya orang makhluk-makhluk hidup pun juga kita harus peduli.”
Sumber: Tips Sukses Bos Jalan Tol Jusuf Hamka untuk Anak Muda
Originally posted 2022-11-19 12:40:49.